Teknologi Baru Mampu Ubah Sampah Plastik dan CO2 menjadi Energi Terbarukan

Sebuah tim peneliti dari University of Cambridge sudah membuat terobosan https://penadiri.com/ signifikan didalam hal energi terbarukan dan produksi bahan bakar berkelanjutan. Inovasi ini dinilai sanggup menghilangkan atau setidaknya kurangi keperluan bahan bakar fosil.

Dilansir Earth.com, Sabtu (24/6/2023), penemuan selanjutnya menunjukkan bagaimana karbon dioksida atau CO2, baik dari knalpot industri atau udara, sanggup diubah menjadi energi terbarukan yang bersih hanya dengan memakai energi Matahari.

Pendekatan ini mengenai dengan reaktor bertenaga surya. Reaktor ini tidak hanya membuat perubahan CO2 yang ditangkap, namun termasuk sampah plastik menjadi bahan bakar berkelanjutan dan bahan kimia lainnya.

Melalui metode tersebut, para peneliti berhasil mengubah CO2 menjadi syngas atau gas sintetis. Untuk diketahui, syngas adalah prekursor mutlak untuk bahan bakar cair yang berkelanjutan.

Mereka termasuk berhasil membuat perubahan botol plastik menjadi asam glikolat, yakni bahan kimia yang biasa ditemukan didalam produk kosmetik.

Tidak layaknya eksperimen sebelumnya yang memakai sumber CO2, kali ini para peneliti mengekstraksi CO2 dari limbah industri dan udara sekitar. Teknologi ini sanggup menangkap, memusatkan, dan membuat perubahan CO2 menjadi bahan bakar terbarukan.

Meski teknologinya masih wajib ditingkatkan, temuan yang dipublikasikan di jurnal Joule ini berarti cara mutlak untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Kedepannya, terobosan ini berpotensi menghilangkan keperluan dapat ekstraksi minyak dan gas yang berbahaya.

Sebagai informasi, tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Erwin Reisner di Departemen Kimia Yusuf Hamied sudah berdedikasi untuk mengembangkan bahan bakar nol karbon yang berkelanjutan.

Terinspirasi dari Proses Fotosintesis

Mereka terinspirasi dari fotosintesis, di mana tanaman membuat perubahan cahaya matahari menjadi makanan. Dengan rancangan serupa, mereka mengembangkan “daun buatan“ yang membuat perubahan CO2 dan air menjadi bahan bakar dan di dukung semuanya oleh matahari.

Sayangnya, kegunaan praktis teknologi ini terkait pada kemampuannya untuk secara aktif menangkap CO2 dari sistem industri atau udara.

Hambatan tehnis ini merupakan tantangan yang cukup besar gara-gara udara yang kita hirup memiliki kandungan banyak tipe molekul berbeda. Maka, teknologi selanjutnya wajib secara selektif membuat perubahan CO2 yang tipis.

Bertujuan Memusnahkan Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Menurut Reisner, tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghilangkan bahan bakar fosil untuk menciptakan ekonomi sirkular yang sesungguhnya.

Karena itu, teknologinya dirancang untuk membantu kurangi emisi karbon didalam jangka menengah dengan menangkap karbon dari industri dan mengubahnya menjadi suatu hal yang bermanfaat.

Di samping itu, rancangan ini termasuk menyita ide dari penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di bawah tanah. Namun, para peneliti membuat perubahan sistem teknologi dengan tenaga surya untuk bekerja dengan gas membuang atau segera dari udara.

Kurangi Emisi Gas Karbon, Ini yang Dilakukan Perusahaan Ekspedisi Internasional di Indonesia
Berbicara berkenaan emisi gas karbon, DHL Express sebagai perusahaan ekspedisi internasional termasuk sudah mengusahakan untuk menguranginya di Indonesia. Mereka bersiap untuk meremajakan armada pengiriman jarak jauh menjadi lebih ramah lingkungan dengan penyebaran 24 van listrik di Jakarta dan Bandung.

Van listrik ini dapat kurangi 177 ton emisi karbon tiap tiap tahunnya. Saat ini ada empat mobil van listrik dan enam sepeda motor listrik yang melayani Jakarta dan Surabaya

Pengenalan e-van (electric van) baru menggarisbawahi prinsip perusahaan untuk terhubung jalur bagi operasi yang lebih berkelanjutan, dan berkontribusi pada bantuan iklim. Saat ini, terdapat empat mobil van listrik dan enam sepeda motor listrik yang melayani wilayah Jakarta dan Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *